“Hampir Tersingkap”

 

 

(Satu tahun kemudian)

…..

Sepulangnya dari kampus, di pertengahan jalan mobil Khodijah mengalami mogok. Ia mencoba mencari pertolongan namun tak kunjung dijumpai. Tiba-tiba lewat seoang bapak-bapak penjual ketoprak. Khodijah merasa iba karena nampaknya bapak itu kelelahan. Ia pun memanggilnya.

“Mau beli, neng?” tanya bapak itu sopan

“Iya pak, sepuluh porsi ya.” Jawab Khodijah santun

“Alhamdulillah, baik neng segera dibikin.”

“Yang satu tidak dibungkus, sisanya dibungkus ya, pak.”

“Siap neng.”

“Sudah lama jualan ketopraknya, pak?”

“Lumayan, neng, kurang lebih 8 tahun.”

“Masyaallah… maaf, pak, kalau boleh tahu berapa perhari penghasilannya?”

“Alhamdulillah cukup untuk makan sehari-hari mah, neng.”

“Alhamdulillah… Oh iya, itu sudah mau habis, pak?”

“Masih banyak neng, hari ini kebetulan sepi…”

Khodijah terdiam sejenak merasa sedih. Tiba-tiba ia melihat ada beberapa anak kecil sedang pulang ngaji, ia pun memanggil mereka dan mereka pun menghampirinya.

“Pada laper gak nih kalian?” tanya khodijah semangat

“Laper kak….” Jawab mereka kompak

“Yaudah pesen gih ketopraknya nanti saya yang bayar.” Tawar Khodijah

“Hore…! Alhamdulillah, makasih kakak…”

 

Mereka pun makan dengan puas dan bapak tukang ketoprak sangat senang karena jualannya hampir habis. Dalam hati ia berkata, “Neng ini kok baik banget ya, masyaallah…”

“Pak, ketopraknya enak lho… mau tidak kalau saya beri modal untuk bapak buat warung? Agar tidak usah capek keliling…” tawar Khodijah dengan lemut dan santun

“Tidak usah neng, ngerepotin… saya kan bukan siapa-siapa neng…” jawabnya lebih santun

“Tidak ada rumusnya menolong harus ada ikatan saudara, pak. Lagian rizki saya juga dari Allah dan di dalamnya terdapat bagian bagi yang membutuhkan. Takutnya bapak butuh, dengan senang hati saya berikan. Tapi maaf, tidak ada niat merendahkan atau apapun…”

“Iya saya paham, neng bukan type orang yang gampang ngerendahin orang lain…”

“Jadi?”

“Hmmm gini aja, saya pinjem aja, nanti kalau ada rizki saya segera balikin.”

“Terserah bapak, tapi sekiranya tidak dibalikin juga saya ikhlas. Rp 15.000.000; cukup?”

“Ya Allah neng kegedean…”

“Biar sekalian warungnya gede, bagus dan lengkap, pak…”

“Aduh gimana ya… jangan deh neng…”

“Allah tidak menyukai hamba-Nya yang menolak rizki, pak…”

“Hmmm baiklah…”

“Alhamdulillah… kalau begitu tolong catatkan alamat rumah bapak ya…”

“Buat tapa, neng?”

“Nanti bapak juga tahu…”

 

Di tengah perbincangan, datanglah orang yang Khodijah hubungi untuk membawa mobilnya yang lain.

“Assalamu’alaikum Non, maaf lama tadi saya lagi di luar…” ucap orang itu menyesal

“Wa’alaikumussalam, tidak apa-apa pak. Alhamdulillah wasilah bapak telat saya dapat keberkahan. Oh, ia… ini ada ketoprak buat bapak satu sisanya buat temen-temen bapak.” Jawab Khodijah samil melempar senyum

“Alhamdulillah, makasih banyak, Non…”

Khodijah tersenyum.

Dalam hati bapak penjual ketoprak berkata lagi dalam hati, “Ya Allah, neng ini bener-bener malaikat dunia kayaknya…”

“Mau pulang kapan, Non?”

“Yuk sekarang, pak. Nanti tolong mobil yang mogok diurus ya…”

“Iya, Non. 10 menit lagi Aryo dateng.”

“Oke.”

 

Khodijah pun pulang bersama sopirnya.

 

“Duluan ya, pak. Wassalamu’alaikum…” ucap Khodijah kepada bapak tukang ketoprak

“Iya neng, wa’alaikumussalam…” jawab bapak tukang ketoprak

 

Tak lama kemudian Arsil, yang ternyata anak penjual ketoprak itu tiba.

 

“Assalamu’alaikum, Bapak… tumben jam segini baru sampai daerah sini?” ucap dan tanya Arsil sopan

“Wa’alaikumussalam. Iya nih Bib (ayahnya terbiasa memanggilnya Habibi), tapi alhamdulillah bapak dapet rezeki besar…” jawab bapak itu

“Maksudnya, pak?” tanya Arsil/Habibi

Bapaknya menjelaskan semuanya.

“Masyaallah tabarokallah… masih ada ya orang sebaik itu… kalo boleh tau namanya siapa, pak?”

“Astagfirullah bapak lupa nanya namanya Bib, tapi ciri-cirinya cantik dan kayaknya dia bependidikan tinggi terus kaya.”

…..

Esok harinya, tiba-tiba datang beberapa orang ke rumah bapak penjual ketoprak itu.

 

“Ada apa ya, rame-rame dateng ke rumah saya pagi-pagi?” tanya bapak itu kebingungan

“Maaf, Pak. Kami dapat perintah membangun warung untuk Bapak Aqrom, bapak bukan ya orangnya?”

“I..i…iya, ta..ta..pi saya tidak minta bapak-bapak kok.” Jawabnya ketar-ketir sambal masih bingung

“Memang bukan bapak yang minta, tapi bos kami. Silakan tunjukan lokasinya, pak. Kami diperintahkan untuk menyelesaikannya dalam satu hari.”

 

Dengan rasa yang masih bingung ia menunjukkan lokasi yang akan dibangunkan warung. Arsil yang hendak berangkat kuliah pun menghampiri dan bertanya, “Maaf, memangnya bos kalian siapa, ya?”

Saat mereka akan menjawab nama ‘Khodijah’ tiba-tiba temannya Arsil datang untuk menjemput

“Sil, ayo waktu kita tinggal 15 menit lagi. Maaf gue sedikit telat jemput lo soalnya ada satu soal yang belum dikerjain jadi ngebut langsung ngerjain.” Ajak dan jelas Azka teman Arsil

“Oh iya santai aja, siap saya juga baru selesai sarapan. Yuk berangkat!”

Mereka berdua pun berangkat ke kampus.

 

…..

Beberapa hari kemudian Khodijah mampir ke rumah Pak Aqrom. Ia nampak bersyukur melihat warung beliau sesuai riquestannya dan jualannya begitu ramai. Tak sengaja Pak Aqrom melihatnya dan menghampiri lalu meminta Khodijah masuk ke warung. Semua konsumen terbelalak melihat kecantikan Khodijah, terlebih dengan perangainya yang santun.

“Neng saya buatin ketoprak special, ya.” Ucap Pak Aqrom semangat

“Boleh, pak…” jawab Khodijah lembut

Lalu Khodijah pun menghampiri beliau dan berkata, “Saya bantu bapak layanin pembeli, boleh?”

“Jangan neng, ngerepotin… duduk aja…”

“Tidak sama sekali, pak…”

“Hmmm baiklah silakan…”

 

Wasilah Khodijah membantu Pak Aqrom, jualan ketopraknya 3x lipat lebih laris. Orang-orang yang melintasi jalan warung itu hampir semuanya turun untuk membeli.

…..

Saat para pembeli banyak yang berpulangan, tiba-tiba Pak Aqrom meneteskan air mata. Dengan khawatir Khodijah bertanya, “Bapak keapa?”

“Kebaikanmu mengingatkan saya dengan seorang dokter yang sangat baik hati, Neng. Dulu, sewaktu anak saya masih SMA dan mengidap penyakit jantung, beliau menolong total. Mulai dari biyaya, pengobatan sampai operasi. Bahkan setelah anak saya pulih beliau justru memberikan modal untuk pendidikan. Saya ingin sekali bertemu sama beliau untuk berterimakasih, karena setelah menolong anak saya, beliau menghilang begitu saja.” Jelas Pak Aqrom

“Masyaallah… kalau boleh tahu, siapa nama anak bapak dan dokter itu? Siapa tahu saya kenal dan bisa bantu bapak ketemu beliau, kebetulan saya punya banyak teman dokter.”

“Namanya…..”

Saat Pak Aqrom hendak menjawabnya, tiba-tiba Handphone Khodijah bordering. Ternyata ia ditelpon oleh rector dan diminta untuk segera ke kampus untuk menggantikan dosen Nida yang sedang berhalangan. Akhirnya, dengan segera Khodijah pamit.

 

 

Bersambung…..

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here